Advertisement
Banaspatiwatch.co.id || Ngawi --Di bawah naungan langit Sine yang teduh, tangis haru dan peluk keikhlasan mewarnai tradisi sakral sungkeman yang digelar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Ranting Sine Cabang Ngawi,Sabtu (21/6/2025). Bertempat di Padepokan PSHT Dusun Jetak, Desa Sumberejo, momen ini menjadi lebih dari sekadar rutinitas organisasi dan menjelma sebagai jembatan spiritual antara anak dan orang tua, antara murid dan guru,antara siswa dan pelatih,antara manusia dan ridho Tuhan.
Tradisi sungkeman bukan hanya gerakan fisik menunduk di hadapan orang tua dan sesepuh, tetapi juga bentuk sujud hati yang penuh keinsafan. Sebuah doa yang tak terucap lewat kata, tetapi menggema dalam linangan air mata dan debar dada yang mengharap keberkahan.
Ketua PSHT Ranting Sine, Sarwo Edy Subekti, S.Pd., menuturkan bahwa sungkeman adalah bagian tak terpisahkan dari pembentukan jiwa setia hati. “Di sini para calon warga tidak hanya belajar silat, tapi juga belajar sujud, belajar hormat, belajar menjadi manusia,” ungkapnya.
Dengan balutan nilai Islam dan budaya Jawa, prosesi ini menjadi medan latihan keikhlasan,tempat ego luluh dan hati merunduk kepada mereka yang lebih dahulu menginjak bumi yaitu orang tua dan sesepuh.
Dalam suasana penuh doa, para siswa menyampaikan permohonan maaf dan restu. Tak hanya untuk kelulusan mereka sebagai warga PSHT, tetapi juga untuk langkah hidup yang lebih bermakna. Karena dalam falsafah PSHT, menjadi kuat bukan berarti meninggikan diri, melainkan semakin rendah hati.
Kapolsek Sine, anggota Koramil, hingga para orang tua turut hadir menyaksikan detik-detik ritual.Bahkan menjadi saksi bahwa pencak silat bukan hanya ilmu kanuragan melainkan juga digembleng kerohanian.
Dan pada akhirnya, sungkeman ini bukan hanya ritual tahunan. Ia adalah napas nilai luhur, adalah cermin janji kepada diri sendiri dan Sang Pencipta.Bahwa hidup akan dijalani dengan cinta, bakti, dan setia hati.(Red)