Advertisement
Banaspatiwatch.co.id || Surabaya -- Senin malam 09 juni 2025. Pukul 19:00 wib acara di laksanakan di rumah Kak Tuan Salom di Surabaya,ratusan lelaki bahkan bisa sampai 1.000 orang, hadir dalam acara sandur dan ada gending serta tarian heboh, semalam suntuk para peserta.akan setia duduk bersama,Sandur adalah arisan yang disakralkan bagi orang Madura.
Dulu seringkali peserta sandur adalah mantan pembunuh, ataupun jawara yang biasa disebut blater oleh masyarakat kawasan barat Pulau Karapan Sapi. Kini, politikus di DPR, wali kota, pengusaha, hingga jaringan organisasi bawah tanah membaur dalam sandur, selama mereka berada dalam satu paguyuban.Citra seram itu masih tertinggal dalam busana.Kita bisa mengintip Senjata-Senjata andalan Para Jawara, celurit, dan parang juga golok,disembunyikan di balik pakaian para peserta selama sandur berlangsung,itu semua tradisi yang ga bisa hilang.
Kak Tuan Salom ( Haji Salom ) menjadi tuan rumah malam itu. ‘Kak Tuan’ adalah julukan hormat untuk tokoh masyarakat senior. Satu per satu nama disebut oleh pembawa acara, mulai dari pejabat hingga masyarakat biasa. Kak Tuan Salom, sosok ‘godfather’ Bangkalan, jadi yang pertama dipanggil. Dengan raut bangga dan senyum terkembang, dia mendekati panggung utama di ujung tenda. Para ‘lenggek’, diperankan laki-laki berdandan seperti perempuan lengkap dengan riasan dan kebaya, menyambut Kak Tuan Salom dengan tarian anggun.
Peserta sandur yang di panggil berusaha menari sebagus mungkin dalam iringan tarian dan nyayian lenggek.
Tiap peserta sandur diwajibkan memiliki buku catatan setoran,Tujuannya agar tidak terjadi salah hitung nominal oleh petugas pencatat. Berbeda dari arisan lain yang berakhir dengan tawa atau gosip kampung, di masa lalu sandur dengan persoalan selisih utang sering berakhir dengan carok atau adu bacok sampai ada salah satu mati yang biasa ditempuh lelaki Madura buat menuntaskan konflik yang mencoreng harga diri. Terakhir terjadi carok mematikan gara-gara sandur, menurut Kak Tuan Salom itu kejadian pada awal tahun 2000an.
Selesai memberikan uang dan menyalami tuan rumah, pemain sandur biasa menyiapkan pecahan kecil rupiah untuk diselipkan di selipan bra penyanyi lenggek, sebelum akhirnya menari di depan mereka. Setiap pemain sandur berusaha memiliki ciri khas tarian tersendiri, gerakan tangan pesilat itu kadang dipadukan tarian burung merak simbol kegagahan orang Madura. Rata-rata peserta menari selama satu menit, kemudian lanjut duduk di tempat semula. Bisa juga urutannya berkebalikan, menari dulu baru menyetor uang arisan. Semua senjata dititipkan dulu oleh peserta sebelum maju menari.
Bagi peserta yang namanya belum dipanggil, mereka akan menikmati,waktu sambil mengobrol dan menikmati camilan ringan yang di sediakan, dari acara di mulai sampai subuh menjelang,menurut Haji Rasyed ( kak Tuan Rasyed ) “Sandur ini mejadi ajang mempererat solidaritas, melanggengkan kekuasaan antar pemilik kepentingan,” ujarnya. itu sebabnya, selepas dipanggil, sebagian besar tak buru-buru pulang. Obrolan penting antar tokoh sering terjadi dalam lingkaran kecil mereka yang bersila.
Menurut Mohamad Yahya SH,sekaligus Ketua DPD IPPAMA Jatim, yang di wawancarai oleh awak media mengatakan,Tradisi Sandur ditengarai bermula di Bangkalan sebelum tahun 1940-an. Sandur juga berkembang di beberapa daerah Provinsi Jawa Timur meliputi Surabaya, Probolinggo, dan Jember. Semuanya diikuti komunitas Madura yang garis keluarganya dari Bangkalan.
Ada tiga babak yang utama dalam sandhur, yakni ‘dhing-endhingan’. Artinya, diputar iringan ‘gending-gending’ Madura tanpa lantunan tembang/syair lagu selama menanti kedatangan para peserta sehabis salat Isya. Berlanjut ke babak kedua ‘ndhung-endhung, yakni momen tarian dan nyanyian menyambu,pungkasnya.
Penulis : Slamet